Polres Metro Jakarta Timur Terus Berupaya Menekan Angka Tawuran Dengan Menggelar Diskusi Kebangsaan

Jakarta – Polres Metro Jakarta Timur menggelar Diskusi Kebangsaan bertema “Penanganan Tawuran Warga/Pelajar di Wilayah Jakarta Timur” di Ballroom Fave Hotel, Cililitan. Acara ini dihadiri oleh berbagai pihak, mulai dari Kapolres Metro Jakarta Timur, Kombes Pol. Nicolas Ary Lilipaly, hingga tokoh masyarakat dan akademisi. Senin (23/12/24).

Dalam sambutannya, Kombes Pol. Nicolas menyatakan bahwa fenomena tawuran saat ini bukan hanya persoalan ekonomi, tetapi telah menjadi tren sosial yang membutuhkan pendekatan lintas sektor.

Diskusi ini melibatkan narasumber dari berbagai latar belakang, seperti pemerhati kriminalitas, psikolog, hingga tokoh agama. Salah satu narasumber, H. Rakhmat Zailani Kiki, menegaskan bahwa dari sudut pandang agama Islam, tawuran adalah tindakan yang tidak bermoral dan haram dilakukan. “Tawuran itu brutal dan kontra produktif. Dalam Islam, ini sangat dilarang karena merugikan semua pihak,” tegasnya.

Senada dengan itu, Psikolog Mohammad Latif menyoroti bahwa tawuran sering dipicu oleh konflik interpersonal, tekanan solidaritas, hingga pengaruh media sosial. “Kita harus mampu mengidentifikasi akar penyebab konflik ini dan membangun komunikasi yang efektif antara pihak-pihak yang berseteru,” ujarnya.

Kapolres Metro Jakarta Timur, Kombes Pol. Nicolas, juga menegaskan pentingnya keterlibatan semua pihak dalam mengatasi tawuran. “Polres sudah melakukan berbagai langkah, seperti patroli rutin, penempatan personel di titik rawan, dan pelaksanaan deklarasi damai. Namun, ini tidak cukup tanpa dukungan masyarakat,” katanya.

Acara ditutup dengan komitmen bersama untuk menciptakan lingkungan yang aman dan bebas tawuran melalui program-program kolaboratif. Ketua FKUB Jakarta Timur, KH. Ma’arif MA, menyampaikan bahwa pembangunan “Kampung Kerukunan” di beberapa wilayah diharapkan mampu menjadi solusi jangka panjang.

“Kita ingin menciptakan masyarakat yang sadar kerukunan, sehingga tidak ada ruang untuk intoleransi, tawuran, atau bahkan penyalahgunaan narkoba,” tutupnya.

Diskusi kebangsaan ini menjadi langkah strategis dalam membangun solidaritas dan memperkuat koordinasi lintas elemen masyarakat demi terciptanya Jakarta Timur yang lebih aman dan kondusif.

Jangan Lewatkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed