PADANG, SUMBAR | Dalam semarak perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-356 Kota Padang yang digelar pada Rabu malam, 6 Agustus 2025, PT Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional II Sumatera Barat (KAI Divre II Sumbar) tampil menonjol lewat partisipasinya dalam Festival Telong-Telong, sebuah tradisi tahunan pawai budaya malam yang menjadi ikon kebanggaan masyarakat Padang.
Keikutsertaan KAI Divre II Sumbar dalam festival ini tidak hanya sebagai bentuk dukungan terhadap kekayaan budaya lokal, tetapi juga sebagai bagian dari rangkaian penyambutan ratusan jejaring kreatif dari seluruh Indonesia dalam agenda Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Indonesia Creative Cities Network (ICCN) yang berlangsung di Kota Padang.
Namun yang paling menyita perhatian publik adalah replika “Mak Itam”, sebuah miniatur lokomotif uap legendaris yang pernah menjadi ikon perkeretaapian di Sumatera Barat. Lokomotif berwarna hitam ini dulunya berjaya mengangkut hasil tambang batu bara dari kawasan Ombilin, Sawahlunto, dan kini dihidupkan kembali dalam bentuk kreatif sebagai bagian dari warisan budaya.
Mak Itam: Perpaduan Transportasi dan Budaya Lokal
Replika Mak Itam yang ditampilkan KAI Divre II Sumbar bukanlah sekadar atraksi visual, melainkan simbol kuat dari sinergi antara sejarah transportasi dan nilai-nilai budaya Minangkabau. Dirancang dan dibangun oleh tim internal KAI bersama komunitas kreatif lokal, miniatur lokomotif ini tampil memukau dengan balutan warna hitam legam khas lokomotif uap, serta sentuhan lampu kuning keemasan yang bersinar terang di malam hari.
“Kereta api bukan hanya alat transportasi, tetapi juga bagian dari identitas kota dan sejarah masyarakat. Lewat replika ini, kami ingin menyampaikan pesan bahwa warisan budaya bisa dihidupkan dengan cara yang menyenangkan dan inspiratif,” ujar Reza Shahab, Kepala Humas KAI Divre II Sumbar.
Mak Itam dalam bentuk replika bukan hanya mencerminkan masa kejayaan perkeretaapian, tetapi juga menegaskan peran KAI sebagai penjaga nilai sejarah yang kini dikolaborasikan dengan kekuatan kreatif anak negeri.
Pusat Perhatian di Tengah Antusiasme Warga
Saat pawai berlangsung, ratusan warga memadati rute Festival Telong-Telong untuk menyaksikan suguhan budaya yang beraneka rupa. Namun tak bisa dipungkiri, replika Mak Itam menjadi salah satu ikon paling difavoritkan. Warga, terutama generasi muda, terlihat antusias berfoto dan menyentuh langsung bagian replika yang disusun secara detail menyerupai versi aslinya.
Desain Mak Itam berhasil menghidupkan kembali nuansa nostalgia masyarakat terhadap transportasi klasik, sembari memberikan edukasi bahwa kereta api memiliki jejak sejarah penting dalam perkembangan Sumatera Barat.
KAI Divre II dan Komitmen Budaya
Partisipasi aktif KAI dalam festival ini adalah bukti nyata bahwa perusahaan tidak hanya fokus pada layanan transportasi, tetapi juga ikut ambil bagian dalam pelestarian budaya dan penguatan karakter kota. Melalui pendekatan budaya, KAI ingin terus membangun kedekatan dengan masyarakat serta menciptakan pengalaman yang bermakna di setiap momen kebersamaan.
“Kami ingin kehadiran KAI tidak hanya dirasakan lewat perjalanan KA, tetapi juga dalam ruang-ruang budaya masyarakat. Kolaborasi ini menjadi bagian dari cara kami menjaga warisan lokal dan menghidupkannya kembali untuk generasi mendatang,” tutup Reza.
Mak Itam sebagai Simbol Kolaborasi Warisan dan Inovasi
Nama “Mak Itam”, yang berasal dari bahasa Minangkabau dan berarti “Ibu Hitam”, lekat dengan identitas lokal. Kini, dengan tampilnya Mak Itam dalam Festival Telong-Telong, masyarakat kembali diingatkan bahwa sejarah bisa diangkat dalam bentuk kreatif, dan menjadi inspirasi dalam membangun kota.
Dengan semangat kolaborasi lintas sektor, PT KAI Divre II Sumbar menunjukkan bahwa perusahaan negara pun bisa menjadi garda depan dalam merawat dan menampilkan kekayaan budaya lokal kepada dunia.
Tim