Nkrinews45.Com Jakarta: Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, mengakui bahwa pemerintah telah menggelontorkan 360 ribu ton beras untuk bansos. Namun, hal itu tak membuat harga beras turun.
“Kalau ada yang mengatakan bantuan pangan ini tidak berpengaruh terhadap penurunan harga, benar tidak berpengaruh,” katanya dalam Rapat Koordinasi Pengamanan Pasokan dan Harga Pangan di Jakarta, Senin (4/3/2024).
Namun, informasi mengenai harga beras yang belum juga turun dari Perum Bulog dibantah oleh Ketua Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang (KKPIBC), Zulkifli Rasyid. Menurutnya, dalam empat heri terakhir atau sejak 1 maret 2024, harga beras mengalami penurunan.
“Tren harga sedang turun. Harga berras medium yang sebelumnya Rp14.500 sampai Rp15.500 per kilogram, sekarang sudah Rp12.700, Rp12.500, bahkan ada yang Rp12.000 per kilogram. Sedangkan harga beras premium dari Rp17.000 sampai Rp18.000, sekarang Rp14.500 sampai Rp15.500 per kilogram,” kata Zul.
Zul mengatakan, turunnya harga beras tersebut tidak lepas dari upaya pihaknya dan para pedagang di PIBC yang diberikan tugas oleh Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Perum Bulog untuk mengelar operasi pasar (OP) masif ke berbagai pasar wilayah di Jabodetabek. Namun demikian, menurut Zul, harga beras yang sudah turun tersebut nasih di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).
Bapanas telah menetapkan HET beras dibagi berdasarkan pembagian wilayah, yakni zona 1 untuk Jawa, Lampung, Sumatera Selatan, Bali, NTB, dan Sulawesi. Kemudian, untuk zona 2 untuk Sumatera selain Lampung, Sumsel, NTT, dan Kalimantan.
Sementara zona 3 untuk Maluku dan Papua. Untuk HET beras medium zona 1 Rp10.900, untuk zona 2 Rp 11.500, zona 3 Rp11.800. Kemudian untuk beras premium zona 1 Rp13.900, zona 2 Rp14.400, dan zona 3 Rp14.800 per kg.
Zul juga berharap pemerintah dapat mengantisipasi kemungkinan adanya masalah dengan pasokan beras ketika panen raya Maret-April mendatang. Pasalnya, berdasarkan pengecekan dirinya, panen disejumlah daerah sudah ada yang terhambat dengan banjir yang menyebabkan rusaknnya areal pertanian yang seharusnya segera panen.
“Jangan sampai masalah pasokan justru menyebabkan harga beras kembali melambung,” sambungnya.
Sebelumnya, Kepala Badan Pangan (Bapanas) Arief Prasetyo mengingatkan bahwa Indonesia bisa masuk ke fase krisis beras yang kedua kalinya. Menurutnya, hal itu bisa terjadi jika masa tanam pada Maret-April menghasilkan beras di bawah 2,5 juta ton.
Oleh karena itu, Arief mengatakan pemerintah harus bersiaga dengan ketersediaan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) aman. Ia menilai hal itu bisa dilakukan dengan menyerap hasil panen Maret-April apabila telah melampaui kebutuhan dalam negeri. (Sumber RRI.co.id)