PADANG, SUMBAR | Stasiun Tabing kembali menjadi sorotan setelah PT Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional II Sumatera Barat menegaskan komitmennya memperkuat layanan kereta api di sepanjang jalur pesisir. Di tengah lalu lalang masyarakat yang semakin padat, stasiun bersejarah yang berdiri sejak awal abad ke-20 itu kembali diberi peran penting sebagai simpul mobilitas warga Kota Padang.
Terletak di Jalan Adinegoro, Bungo Pasang, Stasiun Tabing membawa jejak panjang perjalanan sosial ekonomi masyarakat dahulu hingga sekarang. Setiap pagi dan sore, stasiun ini menjadi tempat bertemunya para pelajar, pekerja, pedagang, serta warga yang mengandalkan kereta api sebagai moda transportasi cepat dan terjangkau. Meski bangunannya tampak sederhana, denyut kehidupan tidak pernah benar-benar padam.
Keberadaan Stasiun Tabing semakin vital karena menjadi salah satu titik layanan utama dua kereta api andalan Divre II Sumbar, yakni KA Pariaman Ekspres dan KA Minangkabau Ekspres. Setiap hari, KA Pariaman Ekspres melayani 10 perjalanan yang menghubungkan berbagai stasiun pesisir hingga Pariaman Naras. Sementara itu, KA Minangkabau Ekspres yang bergerak 12 kali sehari menjadi penghubung langsung menuju Bandara Internasional Minangkabau. Dua layanan ini membuat Tabing menjadi pintu mobilitas yang nyaris tak pernah sepi.
Kepala Humas KAI Divre II Sumbar, Reza Shahab, menyebutkan bahwa perbaikan layanan di Stasiun Tabing merupakan bagian dari upaya menyeluruh KAI dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik. Menurutnya, stasiun ini bukan sekadar tempat naik turun penumpang, melainkan ruang hidup yang melekat dengan keseharian warga. “Bagi masyarakat Tabing, stasiun ini bagian dari kehidupan mereka. Karena itu, fasilitas di dalamnya harus mampu menghadirkan rasa nyaman dan aman,” ungkap Reza.
Di balik kesederhanaannya, Stasiun Tabing menyimpan nilai historis yang menjadi pengingat masa kejayaan jaringan kereta api Sumatera Barat. Dahulu, stasiun ini menjadi pusat aktivitas masyarakat setempat—mulai dari pergerakan barang, pertemuan antarwarga, hingga menjadi tempat persinggahan yang tidak pernah benar-benar lengang. Kini, jejak itu kembali dirawat agar generasi berikutnya tetap merasakan hadirnya sejarah.
Untuk menjaga fungsinya tetap relevan, berbagai pembenahan dilakukan secara bertahap. KAI memperkuat kebersihan area, menata ulang ruang tunggu, meningkatkan infrastruktur dasar, serta memastikan akses yang inklusif bagi seluruh kelompok pengguna, termasuk disabilitas dan lansia. Langkah-langkah tersebut diambil agar masyarakat memperoleh pengalaman perjalanan yang semakin berkesan.
Tidak berhenti pada pembenahan fasilitas, KAI juga membuka ruang kolaborasi dengan pemerintah daerah dan komunitas setempat. Stasiun Tabing dianggap memiliki potensi besar sebagai wadah kegiatan warga, seperti aktivitas budaya, edukasi sejarah transportasi, hingga ruang berkumpul bagi komunitas kreatif. Kolaborasi ini diharapkan menjadikan stasiun bukan hanya tempat transit, tetapi pusat interaksi sosial.
Reza menegaskan bahwa penguatan layanan di Stasiun Tabing sejalan dengan misi KAI untuk menyediakan perjalanan yang semakin terintegrasi. Dalam pandangannya, masyarakat kini membutuhkan layanan transportasi yang tidak hanya cepat, tetapi juga ramah, bersih, dan mendukung aktivitas harian tanpa hambatan. “Pelayanan yang baik tidak harus menghilangkan nilai sejarah. Justru nilai itulah yang membuat pengalaman perjalanan menjadi lebih bermakna,” jelasnya.
Sejumlah elemen arsitektur lama di Stasiun Tabing pun dipertahankan sebagai identitas kawasan. Dinding tua, bentuk ruang sederhana, serta tata letak khas stasiun era kolonial menjadi bagian dari cerita panjang perkeretaapian Sumatera Barat. KAI memastikan karakter historis ini tetap terjaga di tengah modernisasi fasilitas.
Dengan berbagai penguatan tersebut, KAI Divre II Sumbar optimistis Stasiun Tabing dapat memberikan kontribusi besar bagi kelancaran mobilitas warga pesisir Padang. Kehadirannya diharapkan bukan hanya sebagai titik transportasi, tetapi juga penggerak potensi ekonomi dan sosial di wilayah sekitarnya. Pelayanan yang lebih baik diyakini akan semakin mendekatkan kereta api pada kebutuhan masyarakat.
TIM RMO








































