Bukittinggi, 25 Oktober 2025 | Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Bukittinggi kembali menorehkan prestasi dalam pembinaan kemandirian warga binaan. Melalui program unggulan produksi sandal hotel dan budidaya pakcoy, Lapas ini berhasil mengubah stigma bahwa kehidupan di balik jeruji hanyalah tentang hukuman — kini menjadi tempat lahirnya kreativitas dan kemandirian.
Kegiatan pembinaan yang dilaksanakan secara terstruktur di bawah pengawasan petugas ini tidak hanya berfokus pada keterampilan teknis, namun juga pada pembentukan mental positif, kedisiplinan, dan etos kerja warga binaan.
Kepala Lapas Bukittinggi, Nanang Rukmana, menegaskan bahwa program pembinaan kemandirian ini merupakan implementasi nyata dari sistem pemasyarakatan yang berorientasi pada rehabilitasi, re-edukasi, dan reintegrasi sosial.
“Kami ingin para warga binaan keluar dari Lapas bukan dengan tangan kosong, tapi dengan keterampilan yang bermanfaat. Produksi sandal hotel dan budidaya pakcoy ini adalah wujud nyata hasil kerja keras dan kreativitas mereka,” ujar Kalapas.
Sandal hotel hasil karya warga binaan dibuat dengan bahan pilihan, desain elegan, dan kualitas jahitan yang mampu bersaing dengan produk komersial. Produk ini bahkan mulai mendapat perhatian dari hotel-hotel lokal yang tertarik untuk menjalin kerja sama.
Di sisi lain, program pertanian Lapas yang menanam pakcoy di lahan terbatas dengan sistem tanam terukur dan efisien menghasilkan sayuran segar berkualitas tinggi. Hasil panen pakcoy kini telah dipasarkan ke masyarakat sekitar dan mendapat respons positif.
“Melalui kegiatan seperti ini, kami berharap warga binaan tidak hanya memiliki bekal keterampilan, tetapi juga semangat untuk mandiri setelah bebas nanti. Mereka bisa membuka usaha sendiri atau bergabung dengan industri kreatif,” tambah Kalapas.
Program pembinaan ini mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk Dinas Pertanian, pelaku UMKM, serta lembaga pelatihan keterampilan yang turut memberikan bimbingan teknis dan peluang pemasaran.
Dengan kolaborasi yang kuat antara pihak Lapas, pemerintah, dan masyarakat, diharapkan produk-produk hasil karya warga binaan dapat menjadi bagian dari ekonomi kreatif yang bernilai jual dan berkelanjutan.
Inovasi yang dilakukan Lapas Bukittinggi menjadi bukti bahwa pembinaan di lembaga pemasyarakatan bukan sekadar rutinitas, melainkan sarana nyata membangun manusia seutuhnya—dari dalam tembok, untuk masa depan yang lebih baik.
Catatan Redaksi:
Kegiatan ini menjadi bagian dari implementasi one day, one innovation yang digalakkan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan melalui program #KemenkumhamBergerakBerdampak.
Lapas Bukittinggi membuktikan bahwa kreativitas bisa tumbuh dari mana saja, bahkan dari balik jeruji besi.
TIM RMO




























