PADANG, Rabu 19 November 2025 |
Perjalanan panjang rel industri Pauh menemukan kembali maknanya. Dari jalur yang awalnya hanya dilewati kereta barang, kawasan ini kini tumbuh menjadi simpul perjalanan yang semakin penting bagi masyarakat Kota Padang. Di sinilah Stasiun Pauh Lima menjemput kembali perannya sebagai penggerak mobilitas publik.
Stasiun yang berada pada ketinggian ±90 meter ini dibangun pada 16 November 1979 sebagai bagian dari jalur Indarung–Bukit Putus. Pada masa awal operasional, Pauh Lima menjadi titik strategis untuk penyusulan dan pengaturan kereta pengangkut material dari Pabrik Semen Padang menuju Pelabuhan Teluk Bayur. Vital, namun beroperasi dalam sunyi tanpa sentuhan layanan penumpang.
Perubahan wajah kawasan Pauh dalam dua dekade terakhir membuat fungsinya kembali dipertimbangkan. Pertumbuhan permukiman, aktivitas pendidikan yang dipusatkan di Universitas Andalas, serta meningkatnya kebutuhan mobilitas harian membuka peluang baru bagi rel industri Pauh untuk dimanfaatkan lebih luas.
“Transformasi Pauh Lima menjadi stasiun penumpang adalah komitmen KAI untuk menghadirkan layanan yang relevan dengan kebutuhan mobilitas masyarakat masa kini,” ujar Kepala Humas KAI Divre II Sumbar, Reza Shahab. Menurutnya, kehadiran kembali stasiun ini bukan hanya menambah alternatif transportasi, tetapi juga memberi pilihan perjalanan yang lebih aman, terjangkau, dan efisien.
Momen bersejarah itu hadir pada 1 Maret 2023. Untuk pertama kalinya, kereta penumpang Pariaman Ekspres relasi Pauh Lima–Naras berhenti di stasiun ini. Antusiasme warga langsung terasa; peron yang dulu jarang tersentuh kini dipenuhi mahasiswa, pekerja, hingga wisatawan yang mencoba moda transportasi berbasis rel dengan tarif ekonomis.
Sejak hari itu, denyut Pauh Lima berubah cepat. Sebanyak 10 perjalanan kereta singgah setiap hari, dengan tarif mulai Rp5.000. Mobilitas menuju dan dari pusat Kota Padang menjadi lebih efisien, dan kawasan Pauh kembali hidup dengan aktivitas baru yang mengalir sepanjang hari.
Mengalirnya arus penumpang membawa dampak nyata bagi lingkungan sekitar. Setiap rangkaian kereta yang datang tidak lagi membawa muatan industri, tetapi manusia dengan ritme aktivitasnya—kuliah, bekerja, berbelanja, hingga bepergian untuk rekreasi. Stasiun Pauh Lima kini menjadi ruang pertemuan baru yang memperkuat konektivitas masyarakat.
“Kami berharap perubahan ini menjadi katalis bagi peningkatan kualitas hidup warga,” lanjut Reza. Ia menegaskan bahwa infrastruktur yang sempat tidur panjang dapat memberi manfaat besar bila dihadirkan kembali dengan strategi yang tepat dan berorientasi kebutuhan publik.
Dengan desain layanan yang lebih fungsional dan ramah pengguna, Stasiun Pauh Lima telah bertransformasi sepenuhnya. Dari fasilitas industri yang sunyi, kini menjadi simpul transportasi publik yang menghadirkan perjalanan lebih manusiawi dan dekat dengan kehidupan warga sekitar.
“KAI akan terus memastikan Pauh Lima menjadi simpul perjalanan yang andal dan berkelanjutan,” tutup Reza.
Catatan Redaksi:
Artikel ini disusun berdasarkan siaran pers resmi PT Kereta Api Indonesia (Persero) Divre II Sumatera Barat tanggal 19 November 2025.
Penyuntingan dilakukan untuk memperkaya sudut pandang, memperhalus alur cerita, dan menyesuaikan gaya penulisan agar lebih menarik bagi pembaca media.
TIM RMO








































